Populer

UPAYA MENGGALANG GAGASAN PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA

 

UPAYA MENGGALANG GAGASAN PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA

 

1.   Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)

             Kemunculan PPPKI dipelopori oleh Ir. Soekarno. Gagasan munculnya PPPKI ini adalaah sebagai akibat gagalnya gerakan PKI dalam menumbangkan  kekuasaan pemerintahan kolonial Belanda. Oleh karena itu, Ir. Soekarno berpendapat bahwa  pemerintahan kolonial Belanda tidak akan dapat diusir dari wilayah Indonesia tanpa adanya persatuan dan kesatuan di antara rakyat maupun organisasi-organisasi di wilayah Indonesia. Pada tanggal 17 -18 Desember 1927 di Bandung diadakan pertemuan dan dihadari wakil dari berbagai organisasi. Wakil-wakil dari PSI, BU, PNI, Pasundan, Sumateranen Bond, Kaum Betawi dan kelompok studi Indonesia sepakat mendirikan federasi partai politik yang bernama Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaaan Indonesia (PPPKI) dengan tujuan sebagai berikut:

a.      Menyamakan arah aksi kebangsaan dan memperkuatnya dengan cara memperbaiki organisasi dan dengan bekerja sama antara anggota-anggotanya.

b.     Menghindarkan perselisihan antara sesama anggotanya yang hanya bisa melemahkan aksi kebangsaan.

Kongres pertama diselenggarakan di Surabaya pada tanggal 2 September 1928. Paada kongres itu wakil-wakil partai politik menyatakan haraapannya bahwa kongres itu merupakan permulaan era baru bagi gerakan kebangsaan Indonesia. Rapat kerja yang diselenggarakan PPPKI membahas masalah pendidikan nasional, bank nasional, dan cara-cara memperkuat kerja sama. Tokoh-tokoh yang hadir dalam rapat kerja diantaranya HOS Cokroaminoto (PSI), Ir. Soekarno (PNI), Otto Subroto (Pasundan), M.H.Thamrin (Kaum Betawi). Tokoh-tokoh tersebut berhasil menyiapkan aksi jangka pendek dan berhasil menunjuk Sutomo menduduki jabatan Ketua Majelis Pertimbangan PPPKI dan Ir. Anwari dari PNI seebagai sekretaris.

Namun sebelum PPPKI berhasil menjadi federasi dari kekuatan partai politik, tiba-tiba pemerintah kolonial Belanda melakukan intervensi terhadap partai-partai yang bersifat nonkooperasi. Intervensi pemerintahan Belanda mempercepat runtuhnya PPPKI. Maka dalam Kongres kedua di Solo 25-27 Desember 1929 perpecahan semakin tampak jelas antara golongan moderat dan golongan radikal.

Disamping mendapat intrevensi dari pemerintahan Belanda, masalah kebangsaan dipersoalkan kembali. Hal ini disebabkan kelompok Islam tidak mau menerima istilah kebangsaan (alasannya karena yang digabung pada PPPKI hanyalah organisasi dari kelompok nasional saja). Namun, Ir. Soekarno sebagai pencetus berdirinya PPPKI menyatakan istilah nasionalis itu bukan hanya istilah kebangsaan saja tapi nasional. Bahkan secara tegas setiap partai menyatakan cita-cita nasional yaitu bertujuan untuk mencapai Indonesia merdeka/ Istilah kebangsaan telah tercantum di dalamnya.

Perpecahan yang terjadi dalam PPPKI tidak dapat dihindari lagi. Ir. Soekarno yang dipandang sebagai simbol pemersatu dalam tubuh PPPKI, pada bulan Agustus 1930 dihadapkan pada pengadilan negeri Bandung. Ia ditangkap setelah menghadiri kongres PPPKI di Yogyakarta.

2.  Gerakan Pemuda

a.      Gerakan Pemuda Kedaerahan

                   Trikoro Dharmo merupakan organisasi pemuda kedaerahan pertama di Indonesia. Trikoro Dharmo didirikan di gedung Stovia pada tanggal 7 Maret 1915 oleh pemuda-pemuda Jawa, seperti Satiman, Kadarman, Sumardi, Jaksodipuro (Wongsonegoro), Sarwono dan Mawardi. Trikoro dharmo berarti tiga tujuan mulia, yaitu Sakti, Budi, dan Bhakti. Keanggotaan pada awalnya hanya terbatas kalangan pemuda dari Jawa dan Madura, akan tetapi diperluas dengan semboyannya Jawa Raya meliputi Jawa, Sunda, Bali dan Lombok.

                   Trikoro Dharmo membawa dampak besar terhadap berdirinya organisasi kedaerahan lainnya. Pada tanggal 9 Desember 1917 di Jakarta berdiri organisasi Jong Sumatranen Bond, yang beranggotakan Moh. Hatta, Moh. Yamin, Bahder Djohan, dan Abu Hanifah. Jong Minahasa pada tanggal 5 Januari 1918 di Manado dengan tokohnya A.J.H.W. Kawilarang dan V.Adam. Jong Celebes dengan tokoh-tokohnya Arnold Monomutu, Waworutu dan Magdalena Mokoginta. Jong Ambon berdiri tanggal 1 Juni 1923.

                   Dengan semangat kedaerahan, pada kongres Trikoro Dharmo di Solo tanggal 12 Juni 1918 nama Trikoro Dharmo diubah menjadi Jong Java. Kegiatan Jong Java masih bergerak dalam bidang sosial budaya. Pada kongres kelima bulan Mei 1922 di Solo dan kongres luar biasa bulan Desember 1922 ditetapkan bahwa Jong Java tidak akan mencampuri masalah politik. Diskusi-diskusi mengenai masalah politik dan sosial hanya dilakukan untuk menambah pengetahuan para anggotanya dan anggotanya hanya diperbolehkan terjun dalam dunia politik setelah tamat belajar.

                   Dalam perkembangannya, Jong Java tidak mampu bertahan sebagai organisasi yang berpandangan kesukuan. Hal ini disebabkan semakin meluasnyaa pahaam Indonesia Raya. Pada Kongres Jong Java tanggal 27-31 Desembe 1926 di Solo, dengan suara bulat tujuan Jong Java diubah mnejadi “memajukan rasa persatuan para anggota dengan semua golongan bangsa Indonesia dan bekerja sama dengan perkumpula-perkumpulan pemuda Indonesia lainnya ikut serta dalam menyebaarkan dan meperkuat paham Indonesia bersatu”. Secara prinsip, Jong Java menyatakan bahwa sudah saatnya membuktikan dengan tindakan nyata bahwa “ perkumpulannya dapat mengorbankan dirinya” demi persatuan bangsa.  

b.     Kongres Pemuda

1)      Kongres Pemuda I

       Perkembangan nasionalisme Indonesia terjadi secara simultan dan tidak menjangkau partai-partai politik serta organisasi-organisasi pemuda yang berada dalam proses politik yang makin meningkat. Perhimpunan dan federasi dari berbagai kelompok organisasi tersebut merupakan salah satu wadah yang diinginkan pada waktu itu, karena hanya melalui kerjasama dan wadah bersama itu gerakan kebangsaan menjadi lebih kuat.

       Keinginan untuk bersatu seperti yang didengung-dengungkan oleh Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) telah tertanam di dalam sanubari pemuda-pemuda Indonesia yang didirikan pada tahun 1926. Anggota terbanyak berasal dari mahasiswa fakultas hukum, teknik dan kedokteran di Bandung dan Jakarta. Untuk merealisasikan semaangat perstuan dalam wadah nasionalisme itu, mereka menyelenggarakan Kongres Pemuda I pada bulan Mei tahun 1926. Mereka ingin menyingkirkan perbedaan-perbedaan sempit yang berdasarkan daerah dan ingin menciptakan kesatuan seluruh bangsa Indonesia. Maka pada tanggal 30 April – 2 Mei 1926 diselenggarakan Kongres Pemuda I di Jakarta (Batavia) dengan dipimpin oleh Moh. Tabrani dari Jong Java.

       Tujuan kongres adalah membentuk bandan sentral, memajukan paham persatuan kebangsaan, dan mempererat hubungan di antara semua perkumpulan pemuda kebangsaan. Kongres diadakan oleh semua perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatera Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Minahasa, Jong Batak, dan Jong Islamieten Bond. Mereka membentuk badan komite yang diketuai oleh Moh. Tabrani dari Jong Java, sekretaris Jamaluddin Adi Negoro dari Jong Sumatranen Bond dan bendahara Suwarso. Anggota panitia penyelenggara kongres lain adalah Bahder Johan (Jong Sumatera Bond), Jan Toule Soulemwir, Paul Pinontoan, Hamami, Sanusi Pane, dan Sarbini.

       Dalam buku Verslag Van Het Eerste Indonesich Jong Conggres yang diterbitkan oelh panitia kongres, Moh. Tabrani di dalam karangannya tentang Kongres Pemuda I mengatakan, “menggugah semangat kerjasama diantara bermacam organisasi pemuda tanah air kita, supaya dapat meuwujudkan kelahiran persatuan Indonesia, di tengah bangsa-bangsa di duni”. Dia juga memberikan ceramah tentang bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Walaupun ada banyak bahasa daerah di Indonesia, menurutnya hanya dua bahasa yaitu bahsa Jawa dan bahasa Melayu yang mendukung keyakinannya, bahasa Melayu lambat laun akan menjadi Bahasa Persatuan atau bahasa Pergaulan bagi rakyat Indonesia.

       Meskipun pembicaraan mengenai fusi dari semua perkumpulan pemuda tidak mendatangkan keputusan dalam kongres. Namun demikian, kongres telah memperkuat cita-cita Indonesia bersatu. Setelah kongres selesai, diadakan konferensi lanjutan pada tanggal 15 Agustus 1926 yang dihadiri oleh wakil-wakil Jong Java, Jong Islamieten Bond, Jong Sumatranen Bond, dan Jong Batak. Konferensi mengambil suatu keputusan, supaya usaha yang telah dirintis pada Kongres Pemuda Indonesia I dilanjutkan dengan membentuk fusi atau federasi pemuda.

2)     Kongres Pemuda II

       Kongres pemuda II diadakan dua tahun setelah Kongres Pemuda Indonesia pertama tepatnya pada tanggal 27-28 Oktober 1928. Kongres dihadiri oleh wakil-wakil dari perkumpulan-perkumpulan pemuda antara lain Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, dan Jong Batak. Perkumpulan pemuda yang memegang peranan aktif dalam Kongres Pemuda Indonesia II adalah Pemuda Indonesia dan PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia). Pemuda Indonesia didirikan di Bandung pada tanggal 20 Februari 1927. Mahasiswa-mahasiswa anggota Perhimpunan Indonesia antara lain Sartono, S.H, Sumarno, S.H, Ir. Soekarno, Ir. Anwari, Iskaq, S.H, Budiarto, S.H dan Wiryono, S.H. Pemuda Indonesia berpaham kebangsaan Indonesia yang radikal. Mereka menggelarkan semangat kebangsaan atau nasionalisme Indonesia yang berasaskan persatuan (unitaris) serta bertujuan untuk memperluas dan menyebarkan ide persatuan Indonesia di kalangan perkumpulan pemuda. Pemuda Indonesia adalah perkumpulan pemuda yang bersifat nasionalis dan meninggalkan sifat-sifat kedaerahannya. 

       PPPI adalah perkumpulan dari para mahasiswa Recht Shoolgeschar dan STOVIA. Organisasi ini didirikan pada bulan September 1926 di Jakarta oleh beberapa mahasiswa diantaranya Sugondo, Suwiryo, Suryono dan Susalit. Anggotanya terdiri atas para mahasiswa Jakarta dan Bandung. Ketua PPPI pertama adalah Prof. A. Sigit dan kemudian digantikan Sugondo Joyopuspito (juga menjadi ketua pelaksana Kongres Pemuda II). Asas PPPI sangat dipengaruhi oleh asas Perhimpunan Indonesia di Belanda, yaitu:

a)     Kebangkitan Indonesia

b)    Antitesis kolonial di antara penjajahan dan yang dijajah, nonkooperatif

c)     Mendidik para anggotanya dalam memenuhi kewajibannya di masyarakat, yaitu berjuang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia.

  Penyelenggaraan Kongres Pemuda II mengadakan tiga kali rapat. Susunan panitia Kongres Pemuda yang sudah terbentuk sejak bulan Juni 1928 adalah sebagai berikut:

§  Ketua                              : Sugondo Joyopuspito dari PPPI

§  Wakil Ketua           : Joko Marsaid dari Jong Java

§  Sekretaris            : Moh. Yamin dari Jong Sumatranen Bond

§  Bendahara              : Amir Syarifuddin dari Jong Bataksche Bond

§  Pembantu I            : Johan Moh. Cai dari Jong Islamiten Bond

§  Pembantu II          : Koco Sungkono dari Pemuda Indonesia

§  Pembantu III        : Senduk dari Jong Celebes

§  Pembantu IV          : J. Leimena dari Jong ambon

§  Pembantu V            : Rohyani dari Pemuda Kaum Betawi

Rapat diselenggarakan di Gedung Katholik Jonglingen Bond di Waterloopein. Rapat kedua tanggal 28 Oktober 1928 pagi di Gedung Oost Java Bioscoop di Koningsplein Noord dan rapat ketiga (rapat terakhir) pada tanggal 28 Oktober 1928 malam di Gedung Indonesische Clubhuis Kramat 106 Jakarta. Dalam rapat ini disetujui usul resolusi yang dirancang oleh Muhammad Yamin, yakni Sumpah Pemuda yang berisi satu bangsa, satu nusa, dan satu bahasa Indonesia. Sumpah Pemuda berbunyi seperti berikut:


 



 

 


                         Sumpah Pemuda menjadi landasan perjuangan untuk mencapai Indonesia merdeka. Oleh karena itu, pada malam penutupan kongres untuk pertama kalinya diperdengarkan lagu Indonesia Raya oleh pengubahnya, W.R Supratman. Ia menyanyikan lagu tersebut dengan menggunakan biola, karena jika dinyanyikan dengan syairnya kemungkinan akan dilarang oleh polisi. Sejak saat itu lagu Indonesia Raya diakui sebagai lagu kebangsaan oleh PNI, PPKI, Indonesia Muda dan hampir semua perkumpulan Pemuda. Dengan tiga butir Sumpah Pemuda itu, setiap organisasi pemuda kedaerahan secara konsekuen meleburkan diri ke dalam satu wadah yang telah disepakti bersama yaitu Indonesia Muda.





Tidak ada komentar